Sajak
Hujan
Aku selalu rindukan hujan, karena gemuruh suaranya khas nyanyian alam, berpadu riak tenggelamkan diri pada keheningan. Aku selalu rindukan hujan karena hadirnya syarat akan ketenangan, membawa rasa pada sunyi, hilangkan riuh, ramai sekitar, memendam jauh.
Ranting
Aku mencinta, pada ranting yg tak tumbuh, ia kering dan tak hijaukan daunnya. Aku merindu pada tanah yg sungguh tandus, ia tak suburkan tanaman atau rumput sekalipun. Aku hanya mencinta pada bunga mekar di musim semi, ia indah, sangat indah, tapi hanya waktu itu saja, naas nya, musim semi tiap tahun berulang, namun tidak dengan cinta ini, ia gugur bersama gugurnya bunga, namun ia jatuhkan juga daun, ranting, batang, bahkan memaksa akar untuk tak bertahan. Sungguh. Busuk. Akar itu aku, tetap bertahan mencoba tumbuhkan namun sia-sia karena tak ada tunas dan tandus.
Aku selalu rindukan hujan, karena gemuruh suaranya khas nyanyian alam, berpadu riak tenggelamkan diri pada keheningan. Aku selalu rindukan hujan karena hadirnya syarat akan ketenangan, membawa rasa pada sunyi, hilangkan riuh, ramai sekitar, memendam jauh.
Ranting
Aku mencinta, pada ranting yg tak tumbuh, ia kering dan tak hijaukan daunnya. Aku merindu pada tanah yg sungguh tandus, ia tak suburkan tanaman atau rumput sekalipun. Aku hanya mencinta pada bunga mekar di musim semi, ia indah, sangat indah, tapi hanya waktu itu saja, naas nya, musim semi tiap tahun berulang, namun tidak dengan cinta ini, ia gugur bersama gugurnya bunga, namun ia jatuhkan juga daun, ranting, batang, bahkan memaksa akar untuk tak bertahan. Sungguh. Busuk. Akar itu aku, tetap bertahan mencoba tumbuhkan namun sia-sia karena tak ada tunas dan tandus.
Komentar
Posting Komentar