Kriteria Teks Pidato/Khitobah yang Baik

Struktur Konten Teks Pidato/Khitobah
Oleh: Ina Inayatul Jannah

Sebuah teks pidato atau dalam istilah yang lazim digunakan di kalangan pondok pesantren yaitu khitobah, harus memenuhi beberapa struktur konten, struktur itu terdiri dari pembukaan (muqadimah), isi dan penutupan.

1. Pembukaan
Struktur yang pertama yaitu pembukaan, atau yang sering dikenal dengan muqodimah atau opening dalam Bahasa Inggris nya. Pembukaan dalam khitobah itu meliputi; salam, hamdalah, sholawat, kutipan dalil dan salam penghormatan. Berikut rinciannya:
A. Salam
Membaca salam antara sesama muslim hukumnya sunnah, sebagai etika di suatu pembicaraan di depan forum hendaknya diawali dengan membaca salam dengan lafadz "Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh" Khas nya dalam khitobah seorang pembicara akan mulai mencairkan suasana dengan mengajak pendengar untuk berinteraksi dengannya, memberikan beberapa dalil maupun pantun yang mengharuskan pendengar untuk menjawab salamnya, ini tergantung pada cara pembicara berinteraksi dengan pendengarnya, coz everyone has their own style.
B. Hamdalah
Bacaan hamdalah yaitu sebagai bentuk rasa bersyukur kita kepada Allah karena telah diperkenankan berada di forum tersebut. Ada banyak lafadz lafadz hamdalah yang digunakan dalam pembacaan khitobah, yang diambil dari berbagai sumber dengan pemilihan kata yang bersajak dan menyesuaikan tema pembicaraan di forum khitobah tersebut.
C. Sholawat
Setelah membaca hamdalah, hendaknya pembicara membaca sholawat penghormatan kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW. Sebagai bentuk rasa syukur dan penghormatan kita sebagai umat beliau, seperti hamdalah, bacaan sholawat ini juga mempunyai beragam lafadz yang menyesuaikan tema dan kerap keduanya diselaraskan agar terdengar indah ketika dibacakan. Keduanya dibacakan dalam Bahasa Arab di awal yang kemudian diikuti kutipan dalil dan pembacaan nya dalam Bahasa Indonesia.
D. Kutipan Dalil
Setelah membaca hamdalah dan sholawat, dilanjutkan dengan pembacaan kutipan dalil, dalam mengutip dalil pembicara biasanya mengambil dalil utama atau garis besar dari inti tema pembicaraan, atau ada beberapa yang mencantumkan dua dalil satu dari Alquran dan kedua dari Hadits.
Setelah pembacaan salam, hamdalah, sholawat dan kutipan dalil dalam Bahasa Arab kemudian diikuti dengan pembacaannya dalam Bahasa Indonesia, bahasa dan kalimat yang digunakan di sini juga disarankan agar bersajak untuk membangkitkan antusiasme pendengar dan membuat suasana tidak membosankan.
E. Penghormatan Umum
Setelah muqadimah pertama yang telah disebutkan di atas, kemudian pembicara melanjutkan pada sesi penghormatan, mengucapkan penghormatan kepada pihak penyelenggara disesuaikan dengan forum. Misalnya di forum lokal masyarakat sewilayah Rukun Warga maka diperuntukan kepada ketua RW, atau di tingkat Desa untuk kepala desa, tingkat sekolah kepada kepala sekolah dan seterusnya. Penghormatan ini kemudian disambung kepada penghormatan terhadap rekan, sesama dan kepada para pendengar semua.

2. Isi
Isi dalam khitobah adalah inti dari sebuah pembicaraan yang dibahas. Isi biasanya menyesuaikan keadaan yang sekarang sedang terjadi atau sesuai permintaan forum. Misalnya di forum umum diisi dengan pengangkatan isu-isu yang sedang beredar kuat di kalangan masyarakat luas seperti ketika sedang booming informasi tentang vaksin maka pembicara boleh mengangkat tema itu yang disesuaikan dengan dalil-dalil yang sesuai. Atau ketika berada di forum khusus seperti acara walimah nikah, khitan ataupun safar maka tema khitobah harus menyesuaikan.
Isi suatu khitobah harus diiringi oleh dalil, karena Alkalam bila dalil lam yusma' pembicaraan tanpa adanya dalil tidak akan didengar. Dalil tersebut bisa bersumber dari alquran atau hadits yang diikuti dengan pemberian arti dan penjelasan. Pembicara boleh memberikan satu dalil atau lebih menyesuaikan dengan pembicaraan yang sedang dibahas, biasanya ada dalil inti dari tema yang juga disebutkan di awal pembukaan seperti yang telah disebutkan di atas sebagai kutipan dalil, kemudian dalil-dalil pendukung berikutnya sesuai dengan kondisi dan pembicaraan di saat khitobah tersebut.
Di dalam pembahasan isi, pembicara boleh membacakan syair, apakah itu syair dari kitab-kitab, lantunan sholawat, syair yang diciptakan sendiri yang menyesuaikan tema atau mengambil syair lagu dari penyanyi-penyanyi ternama.

3. Penutup
Penutup dalam sebuah pembicaraan (pidato/khitobah) berisi kesimpulan, himbauan dan doa.
A. Kesimpulan
Pada akhir pembicaraan pembicara memberikan kesimpulan dari penguraian isi khitobah itu sendiri, pembicara menarik garis besar sebagai kesimpulan. Kesimpulan dapat berupa penyebutan poin-poin dari apa yang telah dibahas dan bisa disajikan dengan satu kalimat kata mutiara, pantun maupun sajak atau puisi.
B. Himbauan
Setelah memberi kesimpulan pembicara hendaknya memberi himbauan kepada pendengar, ajakan kepada kebaikan dan mengambil hikmah dari pembicaraan.
C. Doa dan Salam
Doa adalah poin terakhir dari khitobah, yang biasanya dibacakan setelah kesimpulan dan himbauan, hendaknya pembicara berdoa untuk semua yang berada di forum dan segenap umat islam dan kemudian diakhiri dengan salam. Sebelum salam, pembicara boleh menyelipkan pantun, lagu atau kata-kata lain sebagai penutup untuk memberikan kesan yang dikehendakinya.

~draft-publish
Ina Inayatul Jannah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

nadzoman

Do'a Sebelum Belajar