Matahari di Persimpangan

Matahari sore itu telah beranjak menuju peraduan, ia tak terlalu tampakkan sinarnya kecuali di bagian barat sedikit mengarah ke timur. Kota seribu angkot kala itu tak begitu macet namun debu diterbangkan kendaraan cukup membuat muka kusam dan kasar. Kumandang adzan telah berlalu sekitar 2.5 jam yang lalu, orang-orang dalam perjalanan saja baru menunaikan ibadahnya di waktu mendekati akhir itu. Angin setia dengan sejuknya menerpa dedaunan di pohon halamn masjid Al Iman, beberapa paping blok terangkat seperti rusak di makan waktu. Tak banyak ditemui orang di masjid hanya beberapa dengan ransel bawaannya, kardus di pangkuan motor depannya dan plastik bakal ditentang dan dibawa menuju teras masjid untuk dibuka. Sementara motor berjejer rapi di bawah atap parkiran di sebelah kanan masjid. Tak ada marbot masjid di luar mungkin mereka sedang beristirahat tidur siang.
"Miss, udah..? tasnya dibawa masuk aja ya sekalian aku salat" "Oh, ia fit" sahutku pada temanku Fitria.
Akupun beranjak masuk ke masjid membantu Fitria membawa tas bawaan kita ke dalam. Melihat waktu yang terus melaju akupun bergegas untuk membersihkan mukaku ke tempat wudu. Aku tersenyum melihat harapan di cermin, manis, indah, dan akan segera ku temui harapan itu.
Perjalanan di kota seribu angkot tersebut membawaku mendekat pada seseorang yang sangat ku harapkan kehadirannya kala itu.
"Kak, maaf toiletnya di mana yah?" "di sebelah kanan bu, ibu terus lurus lalu masuk ke kanan" Suara ibu paruh baya itu membuyarkan lamunanku.
"Fit bawa sibak ngga?" "bawa miss" diapun lalu mengeluarkannya dari tasnya. "Miss, emang Dani mau kesini ya?" "iya katanya sih, dia kebetulan lagi kerja di daerah sini" jawabku sambil sibuk dengan cermin dan mataku. "O iya, Dion gimana? katanya mau kesini juga?" "engga, udah ah dia mah jangan diandelin, ga jelas" raut muka kecewa Fitria memajukan bibirnya dengan helaan nafas yang bersamaan.

"Eh, udah mau asar, kita ga sekalian salat asar aja?" "O, iya, boleh deh, biar ga ribet, nanti juga kita gatau sampe sana jam berapa." jawab Fitria.
Selesai asar waktu menunjukan pukul 16.05 aku masih sibuk dengan telepon genggamku memberitahu posisi di mana aku sekarang pada Dani "Hallo, assalamualaikum, di depannya supermarket Dan, iya ada pohon mangga besar dan di seberangnya itu supermarket".
"Dani udah di sini miss?" "itu masih di jalan katanya, baru keluar dari kantornya". 16.15 berlalu dan kita masih menunggu Dani. Sambil berbincang kecil kita habiiskan waktu di situ, sebelum melanjutkan perjalanan pulang.

"Sya, aku udah di parkiran. sebelah kanan masjid"
Hatiku berdebar, tak tau harus mengucap apa karna benar ia menemuiku. Aku sibuk dengan cerminku dan lagi-lagi mengetes senyumanku. Suara bising klakson kendaraan seperti tidak ku dengar lagi, alam serasa sejuk menyambutku yang sedang memasang sepatu di kaki kananku. Fitria seolah mengerti dia memegang pundakku yang seolah isyaratkan lemas karena bahagia dan tak menyangka ditemui Dani yang sudah sangat lama dirindukannya. Aku terlarut sementara kaki kiriku belum terpasang sepatu. "Miss, ayo itu Dani kan yang jas biru, keren banget miss, dia nambah ganteng" 
"Tak terasa ku menahan rasa, rindu yang sudah sangat lama aku rasakan kini akan terbayar dan terbalaskan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

nadzoman

Kriteria Teks Pidato/Khitobah yang Baik

Do'a Sebelum Belajar